LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum biologi Bab VI, dengan judul
“ Respirasi ” disusun oleh :
Nama :
Muspayanti
NIM :
1212140010
Kelas :
Fisika Sains (C)
Kelompok :
I
Telah diperiksa dan
dikonsultasikan kepada asisten / koordinator asisten maka dinyatakan diterima.
Makassar, Desember 2012
Koordinator Asisten Asisten
Syamsu Rijal
S.Pd Akhmad Faqih D.Z
NIM:101404003
Mengetahui
Dosen Penanggung
Jawab
Faisal, S.Pd. , M.Pd.
NIP:19840619
200804 2 002
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua makhluk yang hidup atau organisme pasti melakukan melakukan
pernapasan atau proses respirasi. Bernapas merupakan salah stu ciri-ciri
makhluk hidup. Tanpa bernapas, makhluk hidup atau organisme tidak dapat
bertahan hidup. Dalam melakukan proses respirasi ini dibutuhkan yang namanya O2
(oksigen). Karena proses respirasi (pernafasan) merupakan proses
pengikatan oksigen dan melepaskan CO2 (karbon dioksida). Adapun, O2
yang dihirup berasal didapatkan diudara bebas dari hasil fotosintesis
tumbuhan hijau yang mengurai CO2 yang dikeluarkan dari pernafasan
makhluk hidup dengan bantuan cahaya matahari. Namun, saat ini seperti yang kita
ketahui bahwa O2 di udara mulai berkurang dan tercemar seiring
berjalannya waktu sebagai akibat dari polusi udara dari asap pabrik, asap
kendaraan dan sebagainya sehingga sering terjadi gangguan pernapasan.
Proses terjadinya kegiatan respirasi pada manusia dan hewan terjadi
pada siang hari dan malam hari baik itu pada saat mereka sedang istirahat.
Sedangkan pada tumbuhan, melakukan respirasi pada malam hari dan melakukan
fotosintesis pada siang hari karena pada saat siang hari itulah tumbuhan bisa
mendapatkan energiu dari matahari tetapi pada malam pun dapat terjadi
fotosintesis apabila mendapatkan atau memperoleh cahaya yang cukup banyak yang
dapat mengurai CO2 yang terdapat di udara.
Seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses respirasi itu seperti jenis, suhu, aktivitas, berat tubuh
dan lainnya. Tetapi apakah benar faktor-faktor tersebut berpengaruh besar
terhadap kecepatan respirasi dan jumlah oksigen yang digunakan saat respirasi.
Berdasarkan hal ini maka kita akan melakukan percobaan atau praktikum mengenai
Respirasi untuk lebih mengetahui apakah benar faktor-faktor tersebut
mempengaruhi jumlah oksigen dan kecepatan respirasi makhluk hidup.
B.
Tujuan Praktikum
1.
Membuktikan bahwa organisme hidup
membutuhkan oksigen untuk respirasinya
2.
Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa
organisme menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya
C.
Manfaat Praktikum
Adapun manfaat yang dapat
kita peroleh dari praktikum ini ialah kita dapat mengetahui kebenaran bahwa
setiap makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk melakukan proses respirasi dan
juga mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi dari
setiap organisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan
atau bahan organik yang terjadi di dalam sel yang dapat dilakukan secara aerob
maupun anaerob. Dalam kondisi aerib, respirasi ini memerlukan oksigen bebas dan
melepaskan karbondioksida serta energy. Apabila yang dioksidasi adalah gula,
maka reaksi yang terjadi adalah :
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam
menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari,
respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah
respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah
pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan
penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi
tidak melulu melibatkan oksigen. Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia
pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi
eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP
membentuk ATP atau NADPH (Anonim1. 2012).
Dari proses respirasi akan
dihasilkan energi kimia ATP untuk kegiatan kehidupan, seperti sintesis
(anabolisme), gerak dan pertumbuhan. Sedangkan untuk respirasi seluler itu
sendiri melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi didalam sel dan memanen energi
kimia menjadi ATP. Secara singkat respirasi sel itu membentuk energi dalam
bentuk ATP , CO2 dan H2O di dalam mitokondria.
Mitokondria merupakan organ yang sangat kecil dalam tubuh kita. Mitokondria ini
merupakan tempat pembangkit tenaga sel. Mitokondria memakai oksigen, lemak dan
gula untuk membuat adenosine trifosfat (ATP), dan proses membuat tersebut
dinamakan sebagai proses respirasi sel. Semakin banyak tenaga dibutuhkan sel
tertentu, semakin banyak mitokondria yang dikandungnya.Jumlah yang paling besar
dapat ditemukan di sel saraf, otot, dan hati (Anonim2. 2012).
Pada hewan, pernapasan (respirasi)
berlangsung karena peranan berbagai organ dalam system pernapasan, seperti
kulit, insang (branchia), paru-paru (pulmo) atau trakea. Pada dasarnya,
struktur ini berbeda bentuknya, akan
tetapi sama fungsinya. Masing-masing bentuk alat respirasi ini mempunyai suatu
membrane permeable yang lembab atau basah, yang dapat dilewati oleh molekul
oksigen maupun karbon dioksida dengan cara difusi. Tekanan parsiil oksigen
dalam udara atau air, lebih besar daripada yang terdapat dalam tubuh hewan oleh
karena terus menerus digunakan, sehingga oksigen cenderung untuk terus menerus
masuk lewt membrane yang memungkinkan untuk itu. Sebaliknya, tekanan parsiil
karbondioksida lebih besar didalam tubuh hewan, sehingga ada kecenderungan CO2
ke luar untuk melewati membrab tersebut (Suntoro. 2001).
Alat-alat pernafasan dapat dibagi atas,
rongga hidung, tekak, pangkal tenggorok, tenggorok dan paru-paru. Rongga hidung
dibagi oleh sekat hidung menjadi bagian kanan dan kiri, kedua bagian
berhubungan di sebelah depan dengan dunia luar melalui kedua lubang hidung
luar. Dinding rongga hidung dilapisi seluruhnya oleh selaput lender hidung,
kecuali beranda hidung yang terletak di belakang lubang hidung. Rongga mulut
mulai dari celah mulut dan berakhir dibelakang tekak. Tekak adalah sebuah
rongga yang terletak dibelakang rongga hidung dan rongga mulut, dan meluas dari
dasar tenggorok sampai ruas tulang belakang. Jalan udara (rongga hidung,
pangkal tenggorok) dan jalan makanan (rongga mulut, kerongkongan) bersilang
dalam tekak. Pangkal tenggorok disebut larink. Pangkal tenggorok dan batang
tenggorok berlapis gelang-gelang tulang rawan. Tenggorok bercabang menjadi bronkus yang menuju paru-paru kiri dan bronkus yang menuju paru-paru kanan yang
juga disebut bronkiolus yang
bercabang lagi menjadi alveolus. Pada
dinding alveolus yang tipis dan lembab itulah oksigen berdifusi ke dalam darah
(Winatasasmita, 1999).
Menurut
Anonim3 (2012), secara
singkat perbedaan pokok antara respirasi aerob dengan respirasi anaerob ialah :
1.
Respirasi aerob menggunakan molekul oksigen sedangkan
pada respirasi anaerob tidak
menggunakan oksigen.
2.
Pada
respirasi aerob prosesnya membongkar
glukosa menjadi karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
Sedangkan pada respirasi anaerob
prosesnya membongkar glukosa menjadi triosa dan molekul persenyawaan organik
lainnya.
3.
Pada
respirasi aerob dapat menjerat
sekitar 50% dari energy kimia yang terdapat dalam molekul glukosa. Sedangkan
pada respirasi anaerob dapat
menjerat energy kimia hanya sedikit.
4.
Respirasi aerob berlangsung pada hampir seluruh
makhluk hidup. Sedangkan respirasi
anaerob berlangsung dalam sel mikroorganisme, embrio dan sel-sel neoplasmik
(jaringan baru yang ditambahkan pada kondisi patologik).
5.
Enzim
yang berperan dalam respirasi aerob
terdapat dalam mitokondria. Sedangkan pada respirasi
anaerob enzim yang berperan terdapat pada sitoplasma.
Menurut Anonim3 (2012),
ada beberapa faktor yang mempengaruhi respirasi pada tumbuhan diantaranya
adalah :
1) Substrat
Respirasi bergantung pada
tersedianya substrat terutama dalam bentuk karbohidrat (amilum, glukosa). Pada
tumbuhan yang persediaan kabohidratnya rendah, respirasinya juga rendah.
Daun-daun yang ada pada bagian yang tersembunyi dari cahaya yang berarti proses
pembentukan karbohidrat melalui fotosintesis rendah, menunjukkan adanya respirasi
yang lebih rendah dari daun dibagian pucuk (yang banyak kena cahaya). Apabila
karbohidrat kurang, cadangan makanan lain (protein, lemak) dapat dioksidasi
hanya harus melalui proses yang lebih panjang.
2)
Temperatur
Seperti halnya kerja
enzim, respirasi juga dipengaruhi oleh temperatur. Pada Oo C
kecepatan respirasi sangat rendah. Kenaikan temperatursampai 35 o
C atau 45o C akan meningkatkan kecepatan respirasi. Tetapi di
atas temperatur tersebut kecepatannya mulai menurun, karena enzim-enzim yang
diperlukan mulai ada yang mengalami denaturasi.
3)
Oksigen
Karena oksigen berfungsi
sebagai terminal penerimaan elektron pada daur Krebs, maka bila konsentrasinya
rendah respirasi aerob dan anaerob dapat berlangsung bersamaan. Bila oksigen
kadarnya dinaikkan maka respirasi aerob akan berjalan lebih cepat, sedang
respirasi anaerob akan terhenti. Peristiwa ini disebut efek Pasteur.
Pengaruh oksigen terhadap respirasi tidak sama untuk spesies
tumbuhan berbeda, malahan
berbeda untuk organ - organ yang berbeda pada tumbuhan yang sama. Misalnya batang dan akar karena afinitas sitokrom
oksidase pada mitokondria organ tersebut
terhadap oksigen tinggi, mereka dapat mempertahankan
laju respirasi pada konsentrasi O2 sekitar 0,05 % dari yang terdapat di udara bebas.
4)
Umur dan tipe jaringan
Respirasi pada jaringan
muda lebih kuat dari pada jaringan tua. Pada jaringan yang berkembang (tumbuh)
respirasi lebih tinggi dari jaringan yang sudah matang. Hal ini logis, karena
respirasi merupakan penghasil energy untuk pertumbuhan dan aktivitas dalam sel.
Pada perkembangan buah muda, laju
respirasi tinggi. Kemudian berangsur menurun sesuai tingkat kematangannya.
Namun dalam banyak spesies (apel) menurunnya secara berangsur-angsur respirasi
aerob, diikuti dengan meningkatnya respirasi anaerob, yang disebut klimakterik.
Klimakterik biasanya bertepatan dengan masaknya dan timbulnya flavor
(aroma) buah tersebut. Buah jenis ini dapat tahan lama setelah dipetik.
Beberapa buah seperti jeruk, anggur dan nenas tidak menunjukkan klimakterik.
Sehingga jenis buah ini tidak tahan disimpan.
5)
Kadar garam anorganik dalam medium
Jaringan atau tumbuhan yang dipindahkan dari air ke larutan garam
akan menunjukkan kenaikan
respirasi. Respirasi di atas normal semacam ini disebut respirasi garam.
6)
Rangsangan Mekanik
Daun yang digoyang -
goyang menunjukkan kenaikan respirasi. Tetapi kalau ini dilakukan berulang-ulang reaksinya menurun. Kanaikan respirasi
ini mungkin disebabkan oleh efek pemompaan.
7)
Luka
Terjadinya luka di suatu bagian tumbuhan menyebabkan respirasi di tempat tersebut
naik, akibat terbentuknya meristem luka yang menghasilkan kalus. Kenaikan
respirasi ini mungkin dapat disebabkan oleh semakin banyaknya osmosis dan difusi O2 yang masuk jaringan yang luka.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari / tanggal
: Jumat / 14 Desember 2012
Waktu : Pukul 15.00 s.d. 17.00 WITA
Tempat : Laboratorium Lantai III Jurusan Biologi FMIPA
UNM
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Satu set
respirometer sederhana (Simple Respirometer)
b. Spoit
c. Stopwatch
/ Jam tangan
d. Neraca
2. Bahan
a. Kapas
b. Vaselin
c. KOH
kristal
d. Larutan
eosin
e. Kecambah
kacang hijau yang masih memiliki kulit dan tidak memiliki kulit (Paseolus radiatus)
f. 2 ekor belalang (Dissosteria carolina)
g. 2 ekor kecoa (Blatella asahinai)
C. Langkah
Kerja
1.
Percobaan I
1.
Mengambil
1 ekor belalang besar dan memasukkan belalang ke dalam tabung respirometer.
2.
Memasukkan
belalang dan kecoa kedalam tabung respirometer (secara bergantian)
3.
Membungkus
dengan kapas tipis 2 butir kristal KOH, kemudian memasukkannya ke dalam tabung
respirometer.
4.
Menutup
tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan kaca berskala,
kemudian meletakkannya pada sandarannya.
5.
Mengolesi
dengan vaselin sambungan tabung respirometer dengan penutupnya untuk mencegah
kebocoran atau masuknya oksigen.
6.
Meneteskan
1 sampai 2 tetes larutan eosin dengan spoit pada ujung pipa berskala sampai ada
yang masuk ke dalam salurannya.
7.
Mengamati
pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian memcatat jarak
pergeseran metilen blue mulai dari skala 0,0 setiap 1 menit.
8.
Melakukan
pengamatan sampai 5 menit.
2. Percobaan
II
1.
Membersihkan respirometer sederhana yang
telah digunakan.
2.
Dengan
tata urutan kerja yang sama pada percobaan I, melakukan percobaan II dengan
menggunakan hewan sejenis dengan ukuran berat tubuh yang berbeda
(melakukan penimbangan).
3. Percobaan
III
1.
Membersihkan respirometer sederhana yang
telah digunakan.
2.
Dengan
tata urutan kerja yang sama pada percobaan I, melakukan percobaan III dengan
menggunakan kecambah kacang hijau yang kulitnya tertutup dan
terbuka.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Hasil
Pengamatan
1. Percobaan 1 (organisme berbeda dengan berat tubuh
sama)
No
|
Menit ke-n
|
Jenis organisme
|
Skala yang ditunjukkan
eosin
|
1
|
1
|
Belalang
|
0,20
|
Kecoa
|
0,10
|
||
2
|
2
|
Belalang
|
0,39
|
Kecoa
|
0,25
|
||
3
|
3
|
Belalang
|
0,54
|
Kecoa
|
0,35
|
||
4
|
4
|
Belalang
|
0,63
|
Kecoa
|
0,43
|
||
5
|
5
|
Belalang
|
0,71
|
Kecoa
|
0,53
|
2. Percobaan 2
(organisme sejenis dengan berat tubuh berbeda)
No
|
Menit ke-n
|
Jenis organisme
|
Skala yang ditunjukkan
eosin
|
1
|
1
|
Belalang 1
|
0,08
|
Belalang 2
|
0,05
|
||
2
|
2
|
Belalang 1
|
0,20
|
Belalang 2
|
0,14
|
||
3
|
3
|
Belalang 1
|
0,29
|
Belalang 2
|
0,23
|
||
4
|
4
|
Belalang 1
|
0,35
|
Belalang 2
|
0,32
|
||
5
|
5
|
Belalang 1
|
0,4
|
Belalang 2
|
0,36
|
3. Percobaan 3 (kecamba
yang dikuliti dengan yang tidak di kuliti)
No
|
Menit ke-n
|
Jenis organisme
|
Skala yang ditunjukkan
eosin
|
1
|
1
|
Kecamba 1
|
0,11
|
Kecamba 2
|
0,16
|
||
2
|
2
|
Kecamba 1
|
0,18
|
Kecamba 2
|
0,29
|
||
3
|
3
|
Kecamba 1
|
0,25
|
Kecamba 2
|
0,37
|
||
4
|
4
|
Kecamba 1
|
0,30
|
Kecamba 2
|
0,43
|
||
5
|
5
|
Kecamba 1
|
0,34
|
Kecamba 2
|
0,58
|
Ket :
Tabel percobaan 2
Belalang 1 < Belalang 2
Tabel percobaan 3
Kecamba 1 : Kecamba yang dikuliti
Kecamba 2 : Kecamba yang tidak dikuliti
B. Analisis Percobaan
1.
Percobaan 1
V =
, dimana s adalah jumlah skala dan t adalah waktu
dalam menit.
Vrata-rata =
, dimana
adalah jumlah skala
total dan
adalah waktu
total yang digunakan (5 menit).
Vrata-rata belalang =
skala/menit
Vrata-rata kecoa =
skala/menit
2.
Percobaan 2
V =
, dimana s adalah jumlah skala dan t adalah waktu
dalam menit.
Vrata-rata =
, dimana
adalah jumlah skala
total dan
adalah waktu
total yang digunakan (5 menit).
Vrata-rata belalang1 =
skala/menit
Vrata-rata belalang2 =
skala/menit
3. Percobaan
3
V =
, dimana s adalah jumlah skala dan t adalah waktu
dalam menit.
Vrata-rata =
, dimana
adalah jumlah skala
total dan
adalah waktu
total yang digunakan (5 menit).
Vrata-ratakecamba
dikuliti =
=
skala/menit
Vrata-ratakecamba
tdk dikuliti =
=
skala/menit
C. Pembahasan
1.
Percobaan 1
Pada percobaan pertama ini kita
menggunakan 2 organisme yang berbeda jenis tetapi berat tubuhnya sama atau
hampir sama. Organisme pertama yang kami masukkan kedalam tabung respirometer
adalah belalang. Pada menit pertama, kecepatan respirasi yang dilakukan
belalang adalah 0,20
dengan penunjukan skala 0,20 skala.
Menit selanjutnya kecepatan respirasinya mulai mengalami penurunan menjadi 0,19
pada menit kedua, 0,18
pada menit ketiga, 0,15
pada menit ke empat dan 0,14
pada menit kelima. Selanjutnya pada
organisme kedua yaitu kecoa. Pada menit pertama, kecepatan respirasi yang
dilakukan kecoa adalah 0,10
dengan penunjukan
skala 0,10 skala. Menit selanjutnya kecepatan respirasinya mulai mengalami penurunan
menjadi 0,12
pada menit kedua, 0,11
pada menit ketiga, 0,10
pada menit ke empat dan 0,10
pada menit kelima. Penurunan volume
itu dipengaruhi oleh aktivitas kedua organisme didalam tabung respirometer yang
mulai berkurang sehingga oksigen yang digunakan juga sedikit. Dari data ini
juga dapat dilihat bagaimana kecepatan rata-rata yang digunakan oleh belalang
dan kecoa sangat berbeda dalam waktu yang sama. Belalang menggunakan kecepatan
0,494
sedangkan kecoa 0,332
. Dapat dilihat bahwa kecepatan
respirasi yang digunakan belalang lebih besar dibandingkan kecoa. Hal ini
menunjukkan bahwa kebutuhan setiap jenis organisme terhadap oksigen untuk
melakukan respirasi berbeda.
2. Percobaan 2
Pada percobaan kedua ini kita
menggunakan 2 organisme yang sejenis tetapi berat tubuhnya berbeda. Organisme
pertama yang kami masukkan kedalam tabung respirometer adalah belalang dengan
ukuran kecil. Pada menit pertama, kecepatan respirasi yang dilakukan belalang
adalah 0,08
dengan penunjukan skala 0,08 skala.
Menit selanjutnya kecepatan respirasinya menjadi 0,10
pada menit kedua, 0,10
pada menit ketiga, 0,09
pada menit ke empat dan 0,08
pada menit kelima. Selanjutnya pada
organisme kedua yaitu belalang dengan ukuran besar. Pada menit pertama,
kecepatan respirasi yang dilakukan belalang dengan ukuran besar adalah 0,05
dengan penunjukan
skala 0,05 skala. Menit selanjutnya kecepatan respirasinya menjadi 0,07
pada menit kedua, 0,08
pada menit ketiga, 0,08
pada menit ke empat dan 0,07
pada menit kelima. Dari data ini
juga dapat dilihat bagaimana kecepatan rata-rata respirasi yang dilakukan oleh belalang
berukuran kecil dan belalang yang berukuran besar sangat berbeda dalam waktu
yang sama. Belalang berukuran kecil kecepatan respirasinya 0,264
sedangkan belalang berukuran besar
kecepatan respirasinya 0,220
. Faktor berat badan mempengaruhi
kecepatan respirasi tetapi faktor lain juga tetap mempengaruhi kecepatan
respirasi tersebut. Pada data dari percobaan kedua ini berat badannya berbeda,
seharusnya belalang yang berat tubuhnya besar memiliki kecepatan respirasi yang
lebih besar dari belalng yang berat tubuhnya kecil tetapi yang terjadi malah
sebaliknya hal ini karena aktivitas turut mempengaruhi kecepatan respirasi dan
juga jumlah volume oksigen yang dibutuhkan saat respirasi. Walaupun berat
tubuhnya besar tetapi belalang hanya diam (tidak melakukan aktivitas) maka
jumlah oksigen yang dibutuhkan sedikit.
3. Percobaan 3
Pada percobaan pertama ini kita
menggunakan kecamba, ada kecamba yang dikuliti dan ada kecamba yang tidak
dikuliti. Kecamba pertama yang kami masukkan kedalam tabung respirometer adalah
kecamba yang dikuliti. Pada menit pertama, kecepatan respirasi yang dilakukan
kecamba yang dikuliti adalah 0,11
dengan penunjukan skala 0,11 skala.
Menit selanjutnya kecepatan respirasinya menjadi 0,09
pada menit kedua, 0,08
pada menit ketiga, 0,07
pada menit ke empat dan 0,06
pada menit kelima. Selanjutnya pada
kecamba kedua yaitu kecamba yang tidak dikuliti. Pada menit pertama, kecepatan
respirasi yang dilakukan kecamba yang tidak dikuliti adalah 0,16
dengan penunjukan
skala 0,16 skala. Menit selanjutnya kecepatan respirasinya menjadi 0,15
pada menit kedua, 0,12
pada menit ketiga, 0,11
pada menit ke empat dan 0,11
pada menit kelima. Dari data ini juga
dapat dilihat bagaimana kecepatan rata-rata
respirasi yang dilakukan oleh kecamba yang dikuliti dan kecamba yang
tidak dikuliti sangat berbeda dalam waktu yang sama. Kecamba yang dikuliti
kecepatan respirasinya 0,254
sedangkan kecamba yang tidak
dikuliti kecepatan respirasinya 0,366
. Kecepatan respirasi dan volume yang
digunakan dalam respirasi oleh kecamba yang tidak dikuliti lebih besar karena
pada kecamba yang tidak dikuliti ini masih terdapat daun yang memiliki stoma
sehingga lebih proses pertukaranO2 dan CO2 berlangsung
dengan cepat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang kita dapatkan dari percobaan ini adalah :
1.
Setiap organisme atau makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk melakukan proses
respirasi
2. Kebutuhan setiap organisme atau
makhluk hidup terhadap oksigen untuk melakukan respirasi dipengaruhi oleh faktor
jenis dan ukuran berat tubuhnya tetapi selain itu masih ada faktor lain yang
akan mempengaruhinya seperti suhu lingkingan dan aktivitas yang dilakukan
B. Saran
1. Laboratorium
: Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan saat praktikum diperhatikan
kondisinya, apakah layak pakai atau tidak agar praktikan dapat memaksimalkan
kerja saat melakukan praktikum.
2. Praktikan
: Saat praktikum berlangsung sebaiknya praktikan lebih tertib, disiplin agar
tidak sampai mengganggu praktikan lain dan lebih menjaga kebersihan
laboratorium. Praktikan juga harus lebih teliti saat melakukan pengamatan agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan data hasil praktikum.
3. Asisten
: Saat praktikan mulai melakukan praktikum dan terjadi kesalahan dalam
penggunaan bahan maka agar kiranya asisten mengarahkan praktikan dengan jelas
agar kesalahan tersebut tidak terjadi lagi saat praktikum selanjutnya
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.
2012. Respirasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Respirasi#. Diakses pada hari Senin,
17 Desember 2012.
Anonim2.2012.
Proses Respirasi dan Termoregulasi. http:// imamabror.wordpress
.com/ 2010/03/24/proses-respirasi-dan-termoregulasi. Diakses pada
hari Senin 17 Desember 2012.
Anonim3.2012.
Respirasi Tumbuhan. http://
zonabawah.blogspot.com /search/label/ respirasi-tumbuhan. Diakses pada hari Senin,
17 Desember 2012.
Suntoro,
Susilo Handari. 2001. Anatomi dan
Fisiologi Hewan. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas TerbukaTim Pengajar. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM
Winatasasmita, Djamhur dkk. 1999. Biologi Umum. Jakarta : Universitas Terbuka
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban pertanyaan
1. Apakah fungsi KOH yang dibungkus
dengan kapas
Þ
Fungsi KOH yaitu untuk mengikat karbondioksida
(CO2) yang dikeluarkan oleh hewan dan tumbuhan yang ada pada tabung
respirometer.
2. Apa fungsi eosin pada percobaan
ini? Dapatkah eosin tersebut diganti dengan cairan yang lain? Jelaskan!
Þ
Eosin
pada percobaan ini berfungsi sebagai indicator penunjuk skala yang tidak ikut
bereaksi dalam proses respirasi. Eosin dapat diganti dengan dengan cairan lain
asalkan cairan pengganti tersebut tidak memiliki kandungan yang dapat
mempengaruhi proses respirasi didalam respirometer.
3. Bagaimana mengetahui volume oksigen
yang digunakan organisme pada percobaan diatas?
Þ
Untuk
mengetahui volume oksigen yang digunakan oleh organisme tersebut ialah dengan
melihat kecepatan respirasi yang dimiliki oleh setiap organismenya.
4. Adakah perbedaan jumlah kebutuhan
oksigen berdasarkan jenis organisme? Jelaskan!
Þ
Ada,
dapat dilihat pada hasil percobaan ini bahwa jumlah oksigen yang digunakan oleh
belalang berbeda dengan jumlah oksigen yang digunakan oleh kecoa untuk
melakukan proses respirasi.
5. Adakah perbedaan jumlah kebutuhan
oksigen berdasarkan ukuran organisme? Jelaskan!
Þ
Ada
, tetapi ukuran tubuh tidak selamanya mempengaruhi jumlah oksigen yang
digunakan oleh organisme karena ada faktor lain yang mungkin mempengaruhi
kebutuhan oksigen. Seperti pada percobaan ini ada faktor lain yang juga
mempengaruhinya yaitu aktivitas organisme tersebut .